Sebuah “kicauan” di twitter hari ini mengusik saya, pemilik akun twitter tersebut menyebutkan “Kita ini bangsa berbondong-bondong. Kalau pagi berbondong-bondong ke kantor, kalau lebaran berbondong-bondong mudik. Ya macet lah.” Perkiraan saya status ini dibuat karena terjebak atau melihat kondisi macet Jakarta. Tapi, saya pribadi ingin mengaitkan dengan demam emas masyarakat kita saat ini, walaupun kita tahu harga emas naik akhir-akhir ini.
Hingga hari ini (22/08/2011) harga emas naik kembali dan mencetak rekor baru sepanjang sejarah. Angka di Goldprice saat tulisan ini dibuat menunjukkan bahwa harga emas naik menyentuh USD 1.881,44 per troy ounce, jika dikonversi langsung ke gram dan rupiah yang berlaku saat ini, yaitu sekitar Rp 517.456,12 per gram. Tentu angka ini hanya acuan, di Indonesia sendiri angka ini dipengaruhi lagi dengan supply-demand emas itu sendiri dan “hak” dari divisi retail ANTAM.
ANTAM sendiri sudah mengeluarkan harga di website-nya, yaitu berkisar Rp 525.000 per gram untuk pecahan 1 kg hingga Rp 567.000 per gram untuk pecahan 1 gram logam mulia. Sayangnya, barangnya pun habis. Dari 12 variasi pecahan logam mulia yang disediakan, tinggal 3 jenis saja yaitu 2,5 gram; 3 gram dan 250 gram. Semua persediaan ANTAM ludes diborong masyarakat. Walaupun harga emas naik, masyarakat tetap memburunya, sehingga dalam waktu dekatpun persediaan habis, dan tidak sedikit juga masyarakat yang menyerbu toko emas untuk mendapatkannya walaupun dikenakan harga lebih tinggi dari harga ANTAM.
Membeli pecahan yang terlalu kecil akan tidak efektif jika kemampuan beli kita lebih dari pecahan kecil tersebut, sehingga harga yang dibeli akan lebih mahal. Misal, kemampuan beli kita emas 10 gram tetapi hanya tersedia 2,5 gram saja. Memang kita bisa membeli 4 keping pecahan 2,5 gram, tetapi harga yang harus dibayar akan lebih tinggi jika kita membeli langsung 10 gram. Dan, sebaliknya jika kemampuan beli kita tidak bisa dalam jumlah pecahan yang besar seperti 250 gram, tentu kita juga tidak akan mampu membelinya kecuali dibantu pendanaan pihak lain seperti pinjam duit ke keluarga atau pendanaan cicil emas.
Dengan tingginya harga emas yang akhir-akhir ini terus mencetak harga rekor baru dan budaya berbondong-bondong masyarakat yang memburu emas menyebabkan kita kesulitan untuk mendapatkan emas. Solusinya? Ada beberapa alternatif untuk memenuhi program menabung emas kita.
Beberapa berita menyebutkan bahwa emas yang “diburu” saat ini lebih banyak adalah emas ANTAM berupa kepingan emas standar, tetapi perhiasan mengalami permintaan yang tidak naik bahkan cenderung stagnan. Permintaan atas koin emas pun juga tidak meledak . Kedua-duanya tetap berbasis emas walaupun masih digolongkan sebagai emas perhiasan yang dikenai pajak dan biaya desain/pembuatan.
Jika bertujuan jangka menengah-panjang, tentu menabung emas melalui perhiasan dan keping koin emas juga tidak salah. Buktinya, orang tua kita dulu juga menabung emas perhiasan dan keping koin emas bukan keping logam mulia 🙂
Punya ide lain mengatasi permasalahan harga emas naik dan langkanya logam mulia yang berpotensi untuk menghambat program menabung emas kita? Silahkan berbagi di sini 🙂